- Persyarikatan Muhammadiyah

.: Home > Artikel

Homepage

Bulan Ilmu Pengetahuan

.: الرئيسة > مقالات > PWM
24 Mei 2019 02:36 WIB
Dibaca: 1283
Penulis : Iu Rusliana

Image result for science of ramadhan

foto: pixabay

 

Ramadhan adalah bulan ilmu pengetahuan. Sangat merugi bagi mereka yang menghabiskan waktu menjalankan ibadah Ramadhan hanya dengan tidur, kegiatan hura-hura, dan tidak bermanfaat lainnya. Isi dengan kegiatan pencarian dan pendalaman ilmu pengetahuan. Lipat gandakan ikhtiar, baik itu tenaga, pikiran, maupun harta dalam proses pencarian ilmu. 

Dengan ilmu, hidup manusia akan lebih mudah. Kewajiban mencari ilmu diberikan hingga ajal menjemput. Ilmu harus bersanding dengan iman dan amal. Ketiganya satu kesatuan tak terpisahkan. Kemuliaan akan di berikan kepada mereka yang melengkapkan hidupnya dengan ketiga hal tersebut. Penuhi adab mencari ilmu, kepada guru, teman sesama pencari ilmu, saat menyampaikan ilmu dan pada catatan keilmuan. "...Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu bebe rapa derajat...." (QS al-Mujadalah: 11). 

 

Mesti diingat, derajat kemuliaan itu tentunya diperoleh dengan niat awalnya. Apabila hanya untuk meraih pujian manusia, kedudukan, keuntungan duniawi, dan ingin mengungguli teman sejawat, sungguh itu kerugian. Namun, bila maksudnya untuk menghidupkan syariat Nabi Muhamad SAW, memperbaiki akhlak, dan menundukkan nafsu ammarah bi as-su' (yang selalu menyuruh kepada kejelekan), kebahagiaan dan kemuliaan tentu akan didapatkan. 

 

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin mengingatkan agar ilmu yang dimiliki tidak menjadi musuh di akhirat kelak. Untuk itu, ada empat hal yang harus diperhatikan. Pertama, hendaklah memperlakukan Allah SWT seperti perlakuan yang diinginkan dari seorang budak yang dimiliki. 

 

Kedua, apa saja yang dilakukan terhadap orang lain, bayangkanlah jika itu dilakukan kepada kita. Berhati-hatilah dalam bertindak dan menghakimi orang lain. Rendah hati, jauh dari rasa angkuh, dan tidak berbangga diri menjadi akhlak keseharian. 

 

Ketiga, ilmu haruslah yang dapat memperbaiki hati dan mem bersihkan jiwa. Tidak perlu mencari seluruh ilmu, jika tidak mampu menjadikan diri pribadi yang lebih baik, dekat dan taat pada Allah. Ibnu Mas'ud RA. berkata, "Takut ke pada Allah SWT sudah cukup dianggap sebagai ilmu, dan lalai di hadapan Allah sudah cukup dianggap sebagai kebodohan". 

 

Keempat, janganlah menumpuk harta dunia lebih dari yang dibutuh kan dalam satu tahun. Menumpuk harta akan melalaikan dari mengingat Allah SWT. Kerusakan yang ditimbulkan oleh harta menjadi kekuatan yang mampu mengge rakkan syahwat dan menyeretnya untuk bersenang-senang dengan hal-hal mubah, syubhat, bahkan haram. 

 

Mari jadikan ilmu sebagai jalan mendapatkan ridha-Nya. Jangan sampai menjadi orang yang rugi dan celaka karena ilmu. Amalkan ilmu yang telah diperoleh. Allah mengumpamakan orang berilmu yang tak mengamalkan ilmunya bagaikan keledai, sebagaimana firman-Nya, "… seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal..." (QS al-Jumu'ah: 5). 

 

Siapa yang ilmunya meningkat, ketakutannya kepada Allah juga harus menghebat. Ramadhan ini menjadi momentum untuk mendalami ilmu, menguatkan iman, dan memperbanyak amal saleh untuk meraih predikat ketakwaan. Wallaahu a'lam.

 

Sumber: Bulan Ilmu Pengetahuan
http://republika.co.id/r/pry7w5313

Tags: RamadhanBulanIlmuPengetahuan
facebook twitter delicious digg print pdf doc الفئة : Wawasan Islam

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website